Mengenali Emosi. Bukan Hanya Marah
Tuhan menciptakan ilmu pengetahuan tidak ada batasnya. Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu belajar dan berfikir atas segala sesuatu yang dihadapi. Karena sejatinya, setiap peristiwa yang dialami selalu ada hikmah pelajaran yang dilimpahkan Allah kepada umat-Nya. Jurnal Bunda Cekatan, Tahapan Ulat. Menyelami Ilmu Bersama Teman Baru. Mengenal Emosi, Bukan Hanya Marah.
Pernah ga sih, Sahabat berada di situasi seperti ini?
Selesai dengan keperluan di dapur atau kamar mandi, tiba-tiba melihat anak sedang berkreasi membuat desain abstrak di dinding rumah dengan crayon atau spidol yang tidak bisa dengan mudah dibersihkan?
Apa yang Sahabat rasakan?
Marah..Kesal...Emosi.!
Tentu pernah dong ya.
Kebanyakan dari kita menghubungkan kata emosi dengan marah. Ketika melihat seseorang yang sedang emosi, konteksnya selalu mengarah pada pemikiran bahwa orang itu sedang marah, atau setidaknya terlihat marah di mata kita.
Padahal sebenarnya, saat seseorang sedang emosi, bukan berarti ia sedang berada dalam kondisi marah semata, melainkan ia sedang merasakan luapan perasaan yang begitu campur aduk, tumpang tindah dalam waktu yang dibilang singkat.
KBBI mendefinisikan emosi (kata benda) sebagai 1 luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat; 2 keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); 3 marah.
Sumber lain meyebutkan bahwa emosi adalah perasaan intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau kepada sesuatu. Emosi juga merupakan reaksi terhadap seseorang atau sebuah kejadian yang menimpa seseorang. Emosi bisa dikaitkan dengan berbagai perasaan, mulai dari perasaan senang, sedih, hingga marah.
Jadi sebenarnya, emosi itu bukanlah perasaan marah semata.
Jurnal Bunda Cekatan, Tahapan Ulat. Mengenal Emosi, Bukan Hanya Marah
Di awal Maret 2021 ini, bertepatan dengan pekan keempat Tahapan Ulat Kelas Bunda Cekatan Batch 2, aku masuk ke kelompok baru untuk mengenal dan menyelami ilmu yang ingin aku cermati dengan lebih dalam yakni Manajemen Emosi. Nah, di pekan ini aku mendapatkan banyak insight dan wawasan baru dari para teman baru ini.
Belajar tentang Tazkiyatun Nafs
Ilmu yang kudapatkan pertama kali adalah dari hasil diskusi di WhatsApp Group Keluarga Manajemen Emosi, yakni tentang Tazkiyatun Nafs.
Hasil aku berselancar dan mengukuti jalannya diskusi, definisi Tazkiyatun Nafs adalah penyucian jiwa atau nafsu kita, dari berbagai noda dan kotoran.Tazkiyatun nafs terdiri dari dua kata: at-tazkiyah dan an-nafs. At-tazkiyah bermakna at-tath-hiir, yaitu penyucian atau pembersihan. Karena itu kata zakat, satu akar dengan kata at-tazkiyah, disebut zakat karena untuk membersihkan atau menyucikan harta dan jiwa. Adapun kata an-nafs (bentuk jamaknya: anfus dan nufus) berarti jiwa atau nafsu.
Tazkiyatun nafs itu pada dasarnya melakukan dua hal: Pertama, menyucikan jiwa dari sifat-sifat (akhlak) yang buruk atau tercela (disebut pula takhalliy’), seperti kufur, nifaq, riya’, hasad, ujub, sombong, pemarah, rakus, suka memperturutkan hawa nafsu, dan sebagainya; Kedua, menghiasinya jiwa yang telah disucikan tersebut dengan sifat-sifat (akhlak) yang baik atau terpuji (disebut pula tahalliy), seperti ikhlas, jujur, zuhud, tawakkal, cinta dan kasih sayang, syukur, sabar, dan ridha.
Sehingga mengendalikan luapan amarah merupakan salah satu bentuk tazkiyatun nafs.
Mengenali Emosi
Ilmu kedua yang aku dapatkan berasal dari hasil sharing salah satu rekan satu keluarga, mbak Tarisa bertema Mengenal dan Mengelola Emosi.
Ternyata emosi itu dikelompokan menjadi dua macam, emosi positif dan emosi negatif. Keduanya diperlukan oleh manusia, karena dengan emosi yang menstimulus kita untuk bergerak. Emosi positif akan memberikan dampak yang baik bagi diri sendiri bahkan orang lain. Contoh dari emosi positif adalah gembira, bersyukur, kagum, cinta, dan masih banyak lagi. Sedangkan emosi negatif sering kali merugikan orang lain bahkan diri sendiri. Contoh dari emosi negatif adalah marah, benci, dendam, kecewa, dan lain sebagainya. Emosi negatif yang tidak dikelola dan dikendalikan dapat berdampak buruk bagi diri sendiri dan bisa mempengaruhi hidup bahakan merusaknya. Emosi merupakan fitrah manusia yang dianugerahkan oleh Allah, Sang Khaliq, sehingga sebagai manusia kita harus dapat mempergunakan dengan sebaik-baiknya.
Menurut ibu yang sedang menantikan anak ketiga nya ini, ada beberapa tingkat emosi pada manusia, diibaratkan dengan tangga. Yang paling dasar adalah Nafs Lawwamah, kemudian Nafs Amarah dan Nafs Muthmainah.
Dalam buku Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali mengatakan, Nafs Lawwamah adalah nafsu yang suka mencela atau menyesali diri atas perbuatan dosa dan maksiat di dunia apabila di akhirat kelak. Nafsu ini masih dimiliki oleh setiap orang mukmin pada tingkatan awam (kebanyakan).
Nafs lawwamah pada hakikatnya memaksa nafsu manusia agar memenuhi sesuatu yang diinginkan meskipun hal itu mendatangkan kemudaratan tanpa berfikir dengan logik akal. Oleh karena itu, manusia akan menyadari dan mengkritik dirinya apabila tidak mampu menolak desakan nafsu yang menyuruh berbuat hal yang buruk. Sikap apatis, acuh sedih termasuk ke dalam kelompok ini.
Sedangkan Nafs Amarah seringkali tidak terkendali karena emosi mengalahkan akal pikiran dan syariat Allah. Seperti sikap bangga diri, sombong, serta marah.
Yang ketiga adalah Nafs Musthmainnah. Orang yang memiliki nafsu ini diundang oleh malaikat bahwa ia punya ketenangan dari Allah SWT dan tergolong dalam orang-orang saleh. Dalam tafsir Qurthubi dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan al-nafs al-muthmainnah adalah jiwa yang tenang, ikhlas dan yakin. Tenang karena selalu berzikir kepada Allah, mendapatkan ganjaran yang baik, dan terbebas dri azab yang pedih.
Dari penjelasan di atas maka jelas bahwa emosi tidak hanya marah semata, tapi merupakan luapan dari rasa yang dirasakan oleh manusia, bisa negatif maupun positif.
Lalu, bagaimana saat kita sedang berada di zona emosi negatif?
Wajar, boleh saja. Itu tidak apa-apa. Namanya juga manusia, yang punya fikiran dan akal. Tentu ada kalanya merasakan emosi negatif.
Yang tidak boleh dibiarkan adalah berlama-lama berada di zona emosi negatif. Harus segera bangkit dan berusaha dengan keras menapaki anak tangga untuk menuju ke level nafs muthmainnah.
Susah ga?
Tentu, ini tidak mudah. Karena jaminannya adalah syurga Allah.
Bila emosi negatif tidak segera ditinggalkan, maka akan membawa keburukan bagi diri. Jasmani atau fisik akan merasakan sakit, bahkan tidak hanya itu. Saat dibiarkan dalam waktu yang lama, psikis pun juga jauh dari kata sehat.
Tinggalkan Level Emosi Negatif, Bisa!
Ada beberapa usaha yang dapat diupayakan untuk bisa meninggalkan level negatif. Cara ini mampu untuk membawa kita menaiki level tingkatan emosi menuju level Nafs Muthmainnah.
1. Akui
Pertama adalah mengakui perasaan emosi yang timbul dalam diri. Akuilah bahwa saat ini kita sedang berada di zona marah, sedih ataupun takut. Dengan mengakui, maka kita bisa mengontrol fikiran dan tingkah laku kita. lalu, segeralah berdzikir mengingat yang Maha Kuasa. Ucapkan kalimat istigfar dan kalimat Thoyyibah.
Tips dari Mbak Tarisa yang aku ingat adalah mengusahakan untuk tersenyum saat berada di zona marah ini. Agar luapan rasa amarah bisa lebih dikontrol. Sebagai ibu dan istri, tentu ekspresi jelek saat sedang kita sedang marah akan terekam dan menjadi memori di benak anak maupun suami. Maka latihlah untuk tersenyum saat sedang dilanda marah. Senyum yang bukan sembarang senyum ya. Bukan senyum kecut atau senyum tipis, tapi senyum dengan menarik kedua bibir sampai ke samping dan ditahan selama 7 detik. Ini membantu untuk bisa mengatasi dan mengontrol saat sedang dilanda emosi.
2. Minta pertolongan pada Allah agar mengangkat rasa emosi
Setelah mengakui akan rasa amarah yang sedang melanda, selanjutnya adalah berdizikir. Lanjutkan dengan berdoa memohon pertolongan Sang Maha Pencipta untuk mengangkat rasa emosi yang sedang berkecamuk di hati dan fikiran. Bukan dihilangkan, namun memohonlah untuk diangkat.
Karena sekali lagi, emosi merupakan fitrah manusia, sehingga baik emosi positif maupun negatif kedua tentu ada maksud dibalik penciptannya.
3. Perbanyak Beribadah (Sholat)
Langkah yang ketiga adalah dengan memperbanyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Karena sesungguhnya sabar dan sholat merupakan penolong bagi kita, manusia, saa sedang menghadapi berbagai macam ujian dan nikmat.
MashaaAllah..
Sungguh tambahan pengingat bagi diri. Nikmat dan ujian diberikan oleh Sang Maha Bijaksana untuk menjadikan diri kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Semoga kita bisa mengenndalikan emosi negatif serta menaikkannya ke level Nafs Muthmainnah.
Aamiin
Semoga bermanfaat
ARL
0 comments
Terima kasih sudah berkunjung, dan berkomentar dengan santun 😊
Cara mengisi komentar:
Pilih NAME/URL, Ketik dengan URL Blog, Isi komentar 📝